Kamis, 04 Desember 2014

Tatanan Ekonomi Politik Internasional


            Gilpin menyebutkan terdapat tiga teori kontemporer yang hadir untuk menjelaskan dinamika di dalam ekonomi politik internasional, teori tersebut adalah Dualisme, Modern World System, dan Hegemonic Stabiltiy (Gilpin, 1987: 65).. Ketiganya berusaha untuk menjelaskan keterkaitan sistem pasar dengan masyarakat yang nantinya akan menghasilkan respon dari aktor-aktor ekonomi dan juga berkaitan dengan kerangka kerja politik, baik dari sisi domestik maupun internasional. Ekonomi dipandang sebagai suatu hal yang mampu menggerakkan, mempengaruhi serta dipengaruhi oleh bidang-bidang lainnya. Untuk itu, tiga teori di atas diharapkan akan mampu memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai adanya keterkaitan antara ekonomi dan politik dalam ranah internasional, khususnya.

            Teori dualisme ekonomi, menncoba menganalisis ekonomi domestik dan internasional melalui dua sektor independen. Sektor pertama adalah, sektor modern yang melihat ekonomi melalui efisiensi produksi serta integrasi ekonomi dalam skala tinggi. Sektor ini kerap dianggap sebagai sektor progresif. Di samping sektor modern, sektor berikutnya adalah sektor tradisional yang memiliki karakteristik mode backward  dalam pemenuhan produksinya. Teori dualisme melihat bahwa pembangunan ekonomi dapat dilaksanakan melalui penggabungan serta transformasi sektor, contohnya dari tradisional menjadi modern. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memodernisasi struktur ekonomi, sosial, serta politik. Salah satu ciri dari pembangunan ekonomi ke tahapa yang lebih tinggi adalah dengan adanya integrasi pasar serta institusi global (Gilpin, 1987: 66).

            Sektor tradisional dengan karakteristik ‘backward’nya lambat laun akan tergantikan oleh sektor modern ketika masyarakat mulai terbiasa dengan pasar dari organisasi ekonomi. Moneterisasi kehidupana ekonomi, kemajuan kota, telekomunikasi, dan transportasi menjadi penting karena dengan adanya perkembangan ini biaya transaksi ekonomi berkurang serta mampu memfasilitasi perluasan pasar individu dan integrasi ke dalam interdepensi ekonomi global. Kompetisi dan mekanisme pasar yang berupaya untuk naik ke tahap yang lebih tinggi dalam efisiensi produksi serta pemaksimalan keuntungan menjadi faktor yang mendorong terjadinya evolusi ekonomi (Gilpin, 1987: 67).
 Teori Modern World System (MWS), MWS didefinisikan sebagai “a unit with single division of labor and multiple cultural system.” (Wallerstein, 1974). Pada teori MWS ini, tugas utama dari ekonomi politik adalah untuk menganalisis asala mula struktur dan fungsi sistem. MWS didasarkan pada pemikiran-pemikiran Marxis yang salah satunya menyatakan bahwa negara-bangsa nasionalis dan pasar liberal adalah hasil dari tekanan sosial dan ekonomi. Namun, berbeda dengan marxis, MWS memandang kapitalisme merupakan alat negara maju untuk mengeksploitasi negara berkembang. Adanya integrasi antaea negara core  dan periphery ke dalam satu mekanisme sehingga nantinya mampu menghasilkan produksi akumulasi kapital dan pembangunan ekonomi dan politik (Gilpin, 1987 : 67-9).
 Tidak dapat dipungkiri bahwa ada keterkaitan antara negara core dan periphery, hal ini pula yang dilihat oleh para teoritisi MWS. Negara periphery menyediakan sumber daya yang menjadi sumber kekayaan bagi negara core, sehingga dari hal ini dipandang terdapat keterkaitan fungsional diantaara sekotr modern dan tradisional. Interaksi perdagangan internasional dan investasi dianggap sebagai mekanisme dasar dari strukturnya. Wallerstein melihatnya sebagai a single capitalist world division of labor, karena terdapat hirarki yang terdiri dari core, semiperiphery dan terakhir periphery (Gilpin, 1987: 70).

 Teori Hegemonic Stability, teori ini melihat keberadaan negara hegemon perlu untuk keberlangsungan dunia ekonomi yang terbuka dan liberal. Dengan adanya kekuatan hegemon, maka terdapat kekuatan yang mampu membangun dan me-maintain norma dan peraturan di dalam tatanan ekonomi liberal. Karena jika tidak ada kekuatan dominan yang mengatur, maka tatanan di dalamnya akan menjadi berantaka sehingga menyebabkan ekonomi liberal melemah. Asumsi dari teori hegemonic stability menyebutkan bahwa tatanan ekonomi internasional yang liberal tidak akan mencapai pembangunan yang sempurna apabila tidak ada kehadiran kekuatan hegemon di dalamnya (Gilpin, 1987: 72).. Sehingga dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ngara hegemon merupakan kunci keberlangsungan ekonomi liberal.

 Dalam keberlangsungan perluasan sistem pasar liberal ini negara hegemon untuk mampu menyamakan ideologi negara-negara lainnya kepada ideologi liberal, selain itu common interest yang dimiliki oleh negara-negara juga harus sama. Keberadaan hegemon juga bergantung pada kepercyaan bersama akan kebutuhan untuk menciptakan dan menjaga tatanan, sehingga negara-negara memberikan legitimasi kepada negara hegemon sebagai suatu kekuatan yang mampu mengatur dan menjaga stabilitas sistem di dalamnya. Negara hegemon memiliki tanggung jawab dalam menajmin collective goods melalui sistem perdagangan terbuka atau bebas dan mata uang yang stabil. Selain menjaga kestabilan melalui sistem pasar dan kurensi, negarar hegemmon juga memiliki tugas untuk mmencegah hadirnya penunggang bebas atau biasa disebut dengan free-rider. Namun ketika negara lain kehilangan kepercayaan terhadap negara hegemon, maka dapat dikatan bahwa kekuatan dari negara hegemon telah memudar (Gilpin, 1987 : 73-4).

 Seperti saat ini, Amerika Serikat merupakan negara hegemon yang menjadi ‘pemimpin’ ekonomi politik internasional. Peran AS sebagai negara hegemon mungkin tidak sekuat dahulu, namun hingga kini belum ada negara yang benar-benar mampu menggantikan AS. Mungkin kandidat negara yang terlihat kuat adalah Cina, namun untuk menggantikan negara hegemon banyak hal yang harus dimiliki oleh suatu negara, tidak hanya kuat dalam sektor ekonomi saja, namun sektor lain seperti politik, hubungan baik dengan negara lain juga menjadi penting bagi negara untuk menjadi hegemon.

       Dapat disimpulkan bahwa tidak hanya kehidupan sosial masyarakat saja yang memiliki tatanan, dalam ekonomi politik pun terdapat sebuah tatanan yang terbentuk. Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tatanan di dalam EPI ini, teori dualisme, MWS, dan Hegemonic Stability.Pada teori dualisme sistem ekonomi dilihat melalui dua sektor, yaitu modern dan tradisionla, dimana keduanya saling berkaitan secara fungsi dan struktur dalam menciptakan evolusi ekonomi. Pada MWS, perekonomian dilihat melalui struktur hirarki, negara core, semiperiphery, dan periphery. Ketiganya salaing memiliki keterkaitan. Dan teori terakhir adalah hegemonic stability, melihat bahwa keberlangsungan ekonomi liberal akan dapat bertahan dan berkembang ketika terdapat negara hegemon yang mengatur.

Referensi:

Gilpin, Robert. 1987. The Dynamics of the International Political Economy, dalam The Political Economy of International Relations. New Jersey : Princeton University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar